Jumat, 27 Juli 2012

Model-Model Pembelajaran


Cukup banyak model-model pembelajaran yang telah diketahui khususnya yang di ketahui oleh penulis, berikut ini model-model pembelajaran yang penulis ketahui dengan sedikit definisinya :

1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib.

Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi…..

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).

3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan mateastika).

Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri

6. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

7. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.

8. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). 

Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam.

Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.

9. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi

10. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.

11. Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.

Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.

12. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

13. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.

Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
  • Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan
  • Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesewpakatan kelompok.
  • Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperik\sa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
  • Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
  • Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.

14. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.

15. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.

16. TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab vbelajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.

Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.

17. STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah sati model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.

18. NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.

19. Jigsaw
Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

20. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

21. GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkem\angan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

22. MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi

23. CPS (Creative Problem Solving)
Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.

24. TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sinatknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.

25. TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.

26. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.

27. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh

28. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.

29. MID (Meaningful Instructionnal Design)
Model ini adalah pembnelajaran yang mengutyamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisi pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep

30. KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.

31. CRI (Certainly of Response Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.

32. DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut.

Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesdai maslah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.

33. DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)
DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengemabangan, penerapan, dan penutup.

34. CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.

35. IOC (Inside Outside Circle)
IOC adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan ssingkat dan teratur. Sintaksnya adalah: Separu dari sjumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkran luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya

36. Tari Bambu
Model pembelajaran ini memberuikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukartan pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depoan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa opertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalkaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satui jajaran pindah ke ujunug lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.

37. Artikulasi
Artikulasi adlah mode pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.

38. Debate
Debat adalah model pembalajaranb dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu setrusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.

39. Role Playing
Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari scenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan scenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penimpoulan dan refleksi.

40. Talking Stick
Suintak p[embelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.

Rabu, 25 Juli 2012

COURSE REVIEW HORAY

Course Review Horay   

Pembelajaran Course Review Horay aktifitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa. Dalam hal ini pada proses pembelajaran guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi, fasilitator dan pembimbing. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan untuk belajar.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
  2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi. 
  3. Memberikan kesempatan kepada siswa bertanya jawab. 
  4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai   dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa. 
  5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (v) dan salah diisi tanda silang (x). 
  6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya. 
  7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh. 
  8. Kesimpulan. 
  9. Penutup.
Kelebihan :
Pembelajarannya menarik mendorong untuk dapat terjun ke dalamnya.
Melatih kerjasama.
Kekurangan:
Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan.
Adanya peluang untuk curang.

Kelemahan :
a.    Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan.
b.    Adanya peluang untuk curang.

Contoh Materi yang sesuai :
Kelas 6 (Bumi Dan Alam Semesta) dan (Ciri Khusus Makhluk Hidup Dan Lingkungan Hidupnya).
Contoh :
Tata surya adalah suatu tatanan atau sistem yang terdiri atas matahari dan benda-benda langit yang mengitarinya. Benda-benda langit yang mengitari matahari antara lain : planet, asteroid, meteoroid, komet dan satelit.
  • Planet
Dalam tata surya ada 8 planet yaitu merkurius, venus, bumi, mars, yupiter, saturnus, uranus, dan neptunus. Planet-planet tersebut beredar mengelilingi matahari. Peredaran planet mengelilingi matahari disebut revolusi selain berevolusi planet juga melakukan rotasi yaitu gerak planet berputar pada sumbunya.
  • Merkurius
Planet merkurius letaknya paling dekat dengan matahari dan planet yang terkecil.
  • Venus
Venus adalah planet yang dekat dengan bumi dan ukurannya hampir sama dengan bumi.
  • Bumi
Bumi adalah planet tempat tinggal kita yang berbentuk bulat tepat dikedua kutubnya dan permukaan bumi terdiri atas laut dan daratan.
  • Mars
Planet mars dikenal dengan planet merah karena permukaannya diliputi debu-debu merah.
  • Yupiter
Yupiter merupakan planet terbesar di tata surya , yupiter dapat melakukan rotasi jauh lebih cepat daripada bumi.
  • Saturnus
Saturnus merupakan planet terbesar kedua setelah yupiter, saturnus mempunyai cincin yang mengelilinginya, cincin tersebut berupa debu halus,kerikil kecil dan butiran es.
  • Uranus
Uranus diselubungi oleh awan tebal, Uranus juga mempunyai satelit yang jumlahnya 15 buah. Akan tetapi yang paling besar ada 5 buah satelit yaitu Miranda, Ariel, Umbriel, Titania, dan Oberon. 
  • Neptunus
Planet neptunus disebut planet kembar Uranus, permukaan planet berwarna biru dan sebagian besar diselubungi lapisan es cukup tebal.

Alasan
Menurut kelompok kami materi tata surya ini sangat cocok atau sesuai dengan metode course review horay dan di samping itu juga model pembelajaran tersebut mengutamakan pembelajaran aktif, menarik dan menyenangkan karena menggunakan permainan-permainan. Pembelajaran yang dirancang Guru dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.

Contoh RPP Model Course Review Horay

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran              : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester              : IV / 1
Alokasi Waktu              : 2 x 35 menit

Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan tempat hidupnya

Kompetensi Dasar
Mendiskripsikan ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan dan menjelasakan fungsinya (kelelawar, cecak, bunglon)

Indikator
1.     Menyebutkan ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan tertentu
2.     Menjelaskan fungsi ciri khusus yang dimiliki hewan tertentu

Tujuan Pembelajaran:
1.    Siswa dapat mengetahui ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak, bunglon)
2.     Siswa dapat mendefinisikan fungsi dari ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak, bunglon)
3.     Siswa dapat memahami ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan dan fungsinya

Materi Pelajaran (Materi Pokok)
Ciri-ciri khusus makhluk hidup dan lingkungan hidupnya (ciri khusus pada hewan)

Model Pembelajaran
Course Review Horay Metode Pembelajaran
  1. Ceramah
  2. Demonstrasi 
  3. Tanya Jawab
  4. Kelompok
Langkah-Langkah Kegiatan
1.     Kegiatan Awal
  1. Mengucapkan salam
  2. Mengkondisikan kelas
  3. Berdo’a
  4. Absensi
  5. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai indikator yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran
  6. Siswa mempersiapkan materi atau bahan ajar
  7. Siswa memperhatikan apersepsi guru
2.    Kegiatan Inti
  1. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari
  2. Guru memperlihatkan gambar hewan kelelawar, cecak, dan bunglon
  3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk tanya jawab
  4. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, untuk mengetahui pemahaman, siswa disuruh membuat 9 kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing
  5. Guru membaca soal secara acak dan siswa masing-masing kelompok menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskuskan, kalau benar diisi tanda benar (v) dan salah diisi tanda silang (x)
  6. Siswa yang sudah mendapat tanda benar (v), harus berteriak horay atau yel-yel lainnya
  7. Kemudian guru dan siswa bersama-sama menghitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh.
  8. Kelompok yang paling banyak meneriakkan horay maka kelompok tersebut yang menjadi pemenang. 
3.     Kegiatan Akhir
  1. Guru memberikan pemantapan tentang materi yang telah dipelajari
  2. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran

Media Pembelajaran
1.    Gambar-gambar hewan
2.    Buku kajian siswa

Sumber Belajar
Buku IPA (Jendela Sains Lingkungan Dan Alam Sekitar), Kelas 6 Penulis oleh Sri Harmi, penerbit oleh Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Penilaian
1.    Teknik    :    Tes Tertulis
2.    Bentuk Instrumen    :    Tes Uraian
3.    Penilaian    :    -     Soal
                             -    Kunci jawaban
                               
Soal :
1.    Jelaskan bagaimana cecak menagkap mangsanya ?
2.    Mengapa cecak dapat berjalan di tempat yang licin tanpa terpeleset ?
3.    Jelaskan bagaimana kelelawar memproleh makanan ?
4.    Sebutkan ciri-ciri dari kelelawar ?
5.    Bagaimana cara cecak mempertahankan dirinya dari musuh ?
6.    Bagaimana cara bunglon mempertahankan dirinya dari musuh ?
7.    Sebutkan ciri-ciri bunglon dan fungsinya ?
8.    Sebutkan jenis-jenis cecak ?
9.    Kenapa mata bunglon disebut mata khusus ?

Kunci Jawaban :
1.    Cecak menangkap mangsanya dengan cara merayap di tempat yang terang dan menggunakan lidahnya yang panjang dan lengket untuk menangkap mangsanya.
2.    Karena di bawah jari-jari kaki cecak terdapat lapisan pelekat yang memungkinkan dapat berjalan di tembok, pohon dan di tempat licin tanpa jatuh.
3.    Kelelawar menangkap mangsanya dengan cara mengeluarkan bunyi frekuensi tinggi dan menggunakan bunyi pantul untuk membantunya terbang di kegelapan dan untuk menangkap makanannya.

4.    Ciri-ciri kelelawar :
  1. Mempunyai 4 jari yang panjang
  2. Ibu jarinya pendek dan berkait
  3. Jari kakinya besar
  4. Bercakar panjang dan melengkung
5.    Cara cecak mempertahankan dirinya yaitu menanggalkan atau memotong ekornya untuk menghindari musuh.
6.     Cara bunglon mempertahankan dirinya yaitu mengubah warna kulitnya sesuai dengan warna sekitarnya.
7.    Ciri-ciri bunglon dan fungsinya :
  1. Ekor fungsinya untuk memegang mangsa
  2. Jari-jari kaki fungsinya berpegang pada ranting dan menjaga keseimbangan
  3. Lidah fungsinya untuk menangkap mangsa 
  4. Mata khusus fungsinya untuk melihat dua arah
8.    Jenis-jenis cecak :
  1. Cecak pohon
  2. Cecak raksasa atau tokek
9.    Karena mata khusus bunglon itu menyebabkan bunglon mampu melihat dua arah yang berbeda dalam waktu bersamaan.¬

TAKE AND GIVE

MODEL PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE

Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan  guru dan teman sebayanya (siswa lain).
Kelemahan dan kelebihan 
Kelebihan :
  • Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lain.
  • Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan  penguasaan siswa akan informasi.
Kelemahan:
  • Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang tepat. 

Contoh mengajar menngunakan model pembelajaran Take and Give
1.    Media Model Pembelajaran Take and Give
  • Siapkan Kartu dengan ukuran 10 x 15 cm untuk sejumlah siswa.
  • Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang diberi informasi, kompetensi dan sajian materi.
2.    Langkah-langkah Umum
  1. Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.
  2. Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan selama 45 menit.
  3. Untuk memantapkan penguasaan siswa akan materi yang sudah dijelaskan, setiap siswa diberikan satu kartu untuk dipelajari (dihapal) selama 5 menit.
  4. Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan untuk saling menginformasikan materi yang telah diterimanya. Tiap siswa harus mencatat nama teman pasangannya pada kartu yang sudah diberikan.
  5. Demikian seterusnya sampai semua siswa dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give).
  6. Guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran take and give dengan memberikan siswa pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
  7. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran.
  8. Guru menutup pelajaran.
Materi  Pembelajaran IPA yang Sesuai untuk Model Pembelajaran Take and Give
1.    Materi Pelajaran IPA kelas 5
Bab  I  Alat Pernafasan
Sub Materi : Alat pernafasan pada manusia
Bab II  Pencernaan Makanan Pada Manusia
Sub Materi : Alat pencernaan pada manusia
Bab V Penyesuaian Diri Makhluk Hidup terhadap Lingkungannya.
Sub Materi : Cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2.    Materi Pelajaran IPA kelas 6
Bab 1 Ciri Khusus Makhluk Hidup
Sub Materi :  ciri khusus hewan terhadap lingkungannya.
Bab 4 Keseimbangan Ekosistem
Sub Materi : kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
Bab 11 Energi dalam kehidupan Sehari-hari
Sub Materi : guna energi listrik dalam rumah tangga
Alasan Pemilihan Materi  yang Sesuai
Pemilihan materi yang sesuai untuk model pembelajaran take and give adalah materi yang mengandung informasi yang singkat, jelas dan padat. Hal ini dikarenakan   model pembelajaran ini lebih menekankan pada unsur ingatan dengan materi yang ringan dan mudah serta membutuhkan pemahaman yang cepat. Pembelajaran model ini pun tidak memerlukan pemahaman materi dengan teknik pelajaran praktek maupun diskusi.
Sehingga kami sepakat materi yang cocok untuk model pembelajaran ini adalah materi pada bab 1, 2, dan 4 pada buku IPA kelas 5 serta pada bab 1, 4 dan 11 pada buku IPA kelas 6, karena materi tersebut memiliki sub materi yang mudah untuk dipahami dan mudah untuk dijelaskan kembali.
Contoh RPP untuk model pembelajaran take and give   :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran            : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester            : VI / 1 ( enam / satu )
Alokasi Waktu            : 2 x 35 Menit
I.    Standar Kompetensi
3. Memahami pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan.
II.    Kompetensi Dasar
3.1 Mengidentifikasi kegiatan  manusia yang  dapat mempengaruhi keseimbangan        
      alam (ekosistem).
III.    Indikator
  1. Menjelaskan berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem)
  2. Menjelaskan usaha manusia untuk mencegah kerusakkan alam (ekosistem).
IV.    Tujuan Pembelajaran
  1. Siswa dapat menjelaskan berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem).
  2. Siswa dapat menyebutkan berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem).
  3. Siswa dapat memahami usaha manusia untuk mencegah kerusakkan alam.

V.    Materi Pelajaran
Kegiatan Manusia yang dapat Mempengaruhi Keseimbangan Ekosistem
  1. Berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
  • Penebangan dan pembakaran hutan
  • Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan
  • Perburuan liar
  • Perusakan terumbu karang
  • Pembangunan industri (pabrik)
  • Perpindahan penduduk
  • Pengguanaan kendaraan bermotor
  • Pengeboran minyak di laut
     2.    Usaha manusia untuk mencegah kerusakan alam (ekosistem).
VI.    Model dan Metode Pembelajaran

1.    Model Pembelajaran       
  • Take and Give
2.    Metode Pembelajaran     
  • Ceramah
  • Tanya Jawab
  • Pemberian Tugas
VII.    Kegiatan Pembelajaran
A.    Kegiatan Awal
  1. Mengucapkan salam
  2. Berdo’a bersama
  3. Guru mengabsen siswa
  4. Guru memberikan apersepsi

B.    Kegiatan Inti
  1. Guru menjelaskan materi tentang berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
  2. Guru melakukan tanya jawab multi arah pada siswa seputar kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekositem.
  3. Guru menanyakan pemahaman siswa mengenai materi pelajaran yang telah disampaikan.
  4. Guru mencoba mengetahui pemahaman siswa dengan memberikan kepada setiap siswa satu kartu yang berisi sub materi pelajaran untuk dipelajari oleh siswa selama 5 menit.
  5. Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan menjelaskan pada siswa aturan pembelajaran yang akan dilakukan siswa.
  6. Setiap siswa harus mencari teman pasangan untuk saling member informasi mengenai materi yang sudah siswa terima.
  7. Setiap siswa harus mencatat nama teman yang telah diberi dan memberikan informasi.
  8. Kegiatan seperti ini dilakukan siswa sampai semua siswa selesai memberikan dan menerima informasi materi (take and give).
  9. Guru mengawasi dan mengarahkan jalannya kegiatan pembelajaran.
C.    Kegiatan Akhir
  1. Guru mengadakan evaluasi pada semua siswa agar dapat mengetahui keberhasilan model pembelajaran take and give
  2. Guru memberikan siswa pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain)
  3. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran.
  4. Guru menutup pelajaran.
VIII.    Media dan Sumber Belajar
I.    Media
  • Kartu Materi
  • Gambar
II.    Sumber belajar
  • Buku Sains untuk SD kelas VI (hal 53-56)
  • Buku Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD kelas VI  (hal 33-35)
IX.    Penilaian
1.    Teknik Penilaian
•    Penilaian proses
•    Penilaian tulisan
2.    Bentuk Instrumen
•    Tulisan
  • Pertanyaan Evaluasi
  1. Coba uraikan akibat bila manusia sering melakukan penebangan dan pembakaran hutan!
  2. Tulislan apa yang kamu ketahui tentang akibat kegiatan petani yang menggunakan pestisida secara berlebihan?
  3. Coba uraikan mengapa perburuan liar dilarang!
  4. Tulislan apa yang kamu ketahui tentang perusakkan terumbu karang oleh nelayan nakal?
  5. Coba uraikan akibat dari pencemaran limbah industri!
  6. Mengapa perpindahan penduduk dapat merusak keseimbangan ekosistem?
  7. Tulislah akibat dari pencemaran kendaraan bermotor terhadap keseimbangan ekosistem?
  8. Apa yang terjadi bila pengeboran minyak dilaut mengalami kebocoran pipa?
  9. Tulislah apa yang kamu ketahui usaha mencegah kerusakkan ekosistem?
  •  Bobot Nilai
Bila jawab siswa sesuai yang diharapkan siswa mendapatkan nilai 10.
  • Kriteria Penilaian
Siswa yang mampu menjawab pertanyaan sesuai dengan yang diharapkan dan tujuan pembelajaran maka siswa dianggap berhasil menguasai pembelajaran.


Mengetahui,                                               
Banjarmasin, …………..2010


Kepala SD                                                   Guru Kelas VI                 


…………………………..                         …………………………
NIP.                                                           NIP.


LAMPIRAN
Contoh :
Kartu Untuk Siswa
Nama Siswa       :
Sub Materi         :  Penebangan dan pembakaran hutan
o   Didalam hutan hidup berbagai macam hewan
o   Manusia menebang pohon untuk dimanfaatkan batang kayunya.
o   Manusia suka membakar hutan untuk membuka lahan pertanian atau lahan perumahan.
o   Perusakan hutan menyebabkan tanah hutan menjadi tandus.
o   Penebangan hutan menyebabkan  banjir

Nama Yang Diberi
1.
2.
3.
5.
6.
7.
8.

SUPERITEM

SUPERITEM 

Super item adalah sebuat teknisk pemberian tgas kepada siswa oleh guru, yang dimulai dari tugas yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks dengan memperhatikan tahap SOLO siswa, Karakteristik soal-soal bentuk  superitem yang memuat konsep dan proses yang makin tinggi tingkat kognitifnya tersebut, memberi peluang kepada siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan memahami hubungan antar konsep, Kemampuan memahami hubungan antar konsep, kematangan dalam bernalar dan keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam memecahkan masalah
Pengertian Model Pembelajaran Superitem
Pembelajaran menggunakan tugas bentuk superitem adalah pembelajaran yang dimulai dari tugas yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks dengan memperhatikan tahap SOLO siswa. Dalam pembelajaran tersebut digunakan soal-soal bentuk superitem. Alternatif pembelajaran yang direkomendasikan Sumarmo tersebut, dirancang agar dapat membantu siswa dalam memahami hubungan antar konsep. Juga membantu dalam memacu kematangan penalaran siswa. Hal itu dilakukan agar siswa dapat memecahkan masalah matematika.
Sebuah  superitem  terdiri  dari  sebuah  stem yang  diikuti beberapa pertanyaan atau item yang semakin meningkat kekompleksannya. Biasanya setiap superitem terdiri dari empat item pada masing-masing stem. Setiap item menggambarkan dari empat level penalaran berdasarkan Taksonomi SOLO. Semua item dapat dijawab dengan merujuk secara langsung pada informasi dalam stem dan tidak dikerjakan dengan mengandalkan respon yang benar dari item sebelumnya. Pada level 1 diperlukan penggunaan satu bagian informasi  dari  stem. Level 2  diperlukan dua atau lebih bagian informasi dari stem.  Pada level 3 siswa harus mengintegrasikan dua atau lebih bagian dari informasi yang tidak secara  langsung  berhubungan  dengan  stem,  dan pada level 4 siswa telah dapat mendefinisikan hipotesis yang diturunkan dari stem.

Ciri-Ciri Model Pembelajaran Superitem 
Karakteristik soal-soal bentuk  superitem yang memuat konsep dan proses yang makin tinggi tingkat kognitifnya tersebut, memberi peluang kepada siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan memahami hubungan antar konsep. Hal itu dikuatkan Lajoie (1991) yang menyatakan bahwa superitem didisain untuk mendatangkan penalaran matematis  tentang  konsep  matematika. Di samping itu soal bentuk superitem diharapkan lebih menantang dan mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Sebaliknya guru dapat melakukan kegiatan diagnostik selama pembelajaran, sehingga perkembangan penalaran siswa dapat dimonitor lebih dini.
Kemampuan memahami hubungan antar konsep, kematangan dalam bernalar dan keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam memecahkan masalah. Dengan demikian pembelajaran menggunakan tugas bentuk superitem dapat diharapkan menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan meyelesaikan pemecahan masalah matematika.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah.
Sintaksnya adalah :
1    ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi,
2    berikan latihan soal bertingkat,
3    berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi,
4    integrasi, dan
5    hipotesis.
Kelebihan Model Pembelajaran Superitem
Kandungan maksud agar siswa memahami hubungan antar konsep secara bertahap dari yang sederhana sampai meningkat kepada yang lebih kompleks. Selain daripada itu guru melakukan kegiatan diagnostik terhadap respon siswa, sehingga dapat dengan segera menentukan langkah-langkah yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kelebihan pembelajaran matematika dengan menggunakan tugas bentuk superitem diantaranya, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami persoalan matematika secara bertahap sesuai kesiapannya; dan guru dapat memberikan bantuan yang tepat kepada siswa berdasarkan respon dari siswa. Pada sisi lain pembelajaran ini akan memberi kesulitan kepada guru dalam membuat atau menyusun butir-butir soal  bentuk superitem. Kemudian dimungkinkan terdapat respon siswa yang beragam.  Hal itu akan menuntut kesiapan guru dalam mengantisipasinya.
    
Wilson dan Chavarria (1993) memberikan pengalamannya dalam mengkonstruksi bentuk soal superitem yaitu,
  1. Mengkonstruksi sebuah superitem akan dimulai dengan menentukan terlebih dahulu prinsip umum apa yang akan menjadi fokus pada item level empat. Prinsip tersebut akan dibangun oleh tiga item sebelumnya. Setiap item akan membantu siswa dalam menggali situasi dari masalah.
  2. Stem akan menyajikan sebuah masalah yang relevan dan diperlukan siswa.
  3. Respon dari setiap item di dalam sebuah superitem tidak bergantung pada respon yang benar dari item sebelumnya.
Pengalaman kedua ahli tersebut, tampaknya dapat membantu guru dalam menyusun butir soal bentuk superitem.

DAFTAR PUSTAKA
  • Lajoie,S (1991). A Framework for Authentic Assessment in Mathematics. [Online].Tersedia: http://www.wcer.wisc.edu/ncisla/publications/newsletters/normse/vol1num.1pdf. [ 17 Pebruari 2002 ].
  • Sumarmo,U (1993). Profil Struktur Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Berdasarkan Taksonomi SOLO. Laporan Hasil Penelitian FPMIPA IKIP Bandung
  • Sumarmo,U (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi . Makalah pada Seminar Matematika Tingkat Nasional. Bandung
  • Wilson dan Chavarria (1993). Superitem Test as a Classroom Assessment Toll. Dalam Webb dan Coxford  (ed). Assessment in the Mathematics Classroom 1993 Yearbook. NCTM: Reston Virginia




CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)

Model Pembelajaran CORE  (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
 
Model pembelajaran core yaitu model pembelajaran yang mencakup empat aspek kegiatan yaitu connecting, organizing, reflecting, dan extending. Adapun keempat aspek tersebut adalah:
  1. Connecting (C) Merupakan kegiatan mengoneksikan informasi lama dan informasi baru dan antar konsep.
  2. Organizing (O) Merupakan kegiatan mengorganisasikan ide-ide untuk memahami materi 
  3. Reflecting (R) Merupakan kegiatan memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat
  4. Extending (E) Merupakan kegiatan untuk mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.
Karakteristik
Model pembelajaran Core merupakan model pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir siswa untuk menghubungkan, mengorganisasikan, mendalami, mengelola, dan mengembangkan informasi yang didapat. Dalam model ini aktivitas berpikir sangat ditekankan kepada siswa. Siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis terhadap informasi yang didapatnya.
 
Kegiatan mengoneksikan konsep lama-baru siswa dilatih untuk mengingat informasi lama dan menggunakan informasi/konsep lama tersebut untuk digunakan dalam informasi/konsep baru
Kegiatan mengorganisasikan ide-ide, dapat melatih kemampuan siswa untuk mengorganisasikan, mengelola informasi yang telah dimilikinya.
 
Kegiatan refleksi, merupakan kegiatan memperdalam, menggali informasi untuk memperkuat konsep yang telah dimilikinya.
 
Extending, dengan kegiatan ini siswa dilatih untuk mengembangkan, memperluas informasi yang sudah didapatnya dan menggunakan informasi dan dapat menemukan konsep dan informasi baru yang bermanfaat.

Keunggulan dan kelemahan 
Keunggulan
  • Siswa aktif dalam belajar
  • Melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep/informasi
  • Melatih daya pikir kritis siswa terhadap suatu masalah
  • Memberikan pengalaman belajar kepada siswa,karena siswa banyak berperan aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
 Kelemahan
  • Membutuhkan persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini
  • Menuntut siswa untuk terus berpikir kritis
  • Memerlukan banyak waktu
  • Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model core.
Sintaks
  1. Membuka pelajaran dengan kegiatan yang menarik siswa yaitu menyanyikan yang mana isi lagu berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.
  2. Penyampaian konsep lama yang akan dihubungkan dengan konsep baru oleh guru kepada siswa. Connecting (C),
  3. Pengorganisasian ide-ide untuk memahami materi yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Organizing (O)
  4. Pembagian kelompok secara heterogen(campuran antara yang pandai, sedang, dan kurang),terdiri dari 4-5 orang.
  5. Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar kelompok siswa. Reflecting (R)
  6. Pengembangan, memperluas, menggunakan, dan menemukan,melalui tugas individu dengan mengerjakan tugas. Extending (E)
Ada pula yang berpendapat bahwa sintak Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending) sebagai berikut :
  1. (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep,
  2. (O) organisasi ide untuk memahami materi,
  3. (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali,
  4. (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.





CIRCUIT LEARNING

MODEL PEMBELAJARAN CIRCUIT LEARNING
 
Model pembelajaran Circuit Learning adalah model pembelajaran yang memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang, meskipun penilis menemukan sedikit kesulitan dalam menyusun atau menemukan materi tentang model pembelajaran circuit learning namun dapat mrnyrlrsaikannya, dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah konsep dasar pkn SD, dan juga menambah pengetahuan dan wawasan khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca yang budiman
Pengertian model pembelajaran
 
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dengan penerapan kurikulum KTSP dan tuntutan untuk mengembangkan model pembelajaran kreatif maka Guru harus pula mampu mengikuti tuntutan perkembangan dunia pendidikan terkini. Guru harus berani berinovasi dan beradaptasi dengan metode pembelajaran PAIKEM seperti Talking Stick, Example non Example, Think Pair Share dan tidak hanya terpaku pada Metode Ceramah saja. Untuk memperjelas mengapa model pembelajaran perlu dikembangkan secara berkesinambungan, kita harus kembali pada  pengertian model pembelajaran  secara umum.
 
Pengertian model pembelajaran menurut para ahli 
Berikut ini adalah pengertian model pembelajaran menurut pendapat para tokoh pendidikan antara lain:
  1. Agus Suprijono : pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
  2. Mills : “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”
  3. Richard I Arends : model pembelajarn mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.  

Pengertian Circuit Learning
Circuit Learning adalah memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang.
 
Langkah-Langkah Circuit Learning
  1. Melakukan tanya jawab tentang apa saja kegiatan manusia yang dapat merusak alam
  2. Menempelkan peta konsep yang telah dibuat tentang kegiatan manusia yang merusak ekosistem.
  3. Menjelaskan tentang peta konsep yang telah ditempel. (terlampir)
  4. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 
  5. Menjelaskan bahwa setiap mengisi lembar kerja siswa dan mengisi bagian dari peta konsep sesuai dengan bahasa mereka sendiri
  6. Menjelaskan bahwa bagian peta konsep yang mereka kerjakan akan dipersentasikan.
  7. Melaksanakan persentasi dari setiap kelompok bagian peta konsep yang telah dikerjakannya.
  8. Memberikan penguatan berupa pujian atau hadiah atas hasil persentasi yang bagus serta memberikan semangat kepada yang belum dapat pujian atau hadiah untuk berusaha lebih giat lagi
Kekurangan dan kelebihan model circuit learning
Kekurangan dari model circuit learning
  • Memerlukan waktu yang relatif lama
  • Tidak semua pokok bahasan bisa disajikan berupa peta konsep
Kelebihan dari model circuit learning
  • Kreatifitas siswa dalam merangkai kata dengan bahasa sendiri lebih terasah
  • Konsentrasi yang terjadi membuat siswa fokus dalam belajar
Sintak model pembelajaran circuit learning
Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan fokus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola fikirnya-peta konsep-bahasa khusus, tanya jawab dan refleksi, seperti jabaran lebih rinci dibawah ini :
 
Fase dan kegiatan guru
Pendahuluan    
  1. Membuka pelajaran dengan megucapkan salam , berdoa, dan absensi.
  2. Melakukan apersepsi
  3. Memberitahukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa dalam pembelajaran hari ini  
  4.  Menyampaikan cakupan materi  dan penjelasan uraian kegiatan

Kegiatan Inti    
  1. Melakukan tanya jawab tentang apa saja kegiatan manusia yang dapat merusak alam
  2. Bersama dengan siswa menempelkan gambar tentang suatu ekosistem yang rusak karena kegiatan manusia
  3. Memberikan siswa pertanyaan tentang gambar yang ditempel dipapan tulis.
  4. Menempelkan peta konsep yang telah dibuat
  5. 5.    Menjelaskan tentang peta konsep yang telah ditempel
  6. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 
  7. Memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok
  8. Menjelaskan bahwa setiap kelompok mengisi lembar kerja siswa dan mengisi bagian dari peta konsep sesuai dengan bahasa mereka sendiri
  9. Menjelaskan bahwa bagian peta konsep yang mereka kerjakan akan dipersentasikan.
  10. Melaksanakan persentasi bagian peta konsep yang telah dikerjakannya.
  11. Memberikan penguatan berupa pujian atau hadiah atas hasil persentasi yang bagus serta memberikan semangat kepada yang belum dapat pujian atau hadiah untuk berusaha lebih giat lagi
  12. Menjelaskan kembali hasil diskusi siswa tersebut agar wawasan siswa menjadi lebih luas

Penutup    
  1. Memancing siswa untuk membuat rangkuman
  2. Melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa (terlampir di penilaian)
  3. Memberikan pekerjaan rumah bagi siswa 
  4. Memberitahukan materi selanjutnya yang akan dipelajari minggu depan.
  5. Doa, Nasehat, Salam






ARIAS

Model Pembelajaran ARIAS    
Model pembelajaran ARIAS dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran ARIAS berisi lima komponen yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction yang dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar.
 
Model ini sudah dicobakan di dua sekolah yang berbeda yaitu salah satu SD negeri di Kota Palembang (percobaan pertama) dan satu SD negeri di Sekayu, Kabupaten Musi Banyu Asin (percobaan kedua). Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil percobaan tersebut model pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa.
 
Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Berkenaan dengan hal itu, maka dengan memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar dikembangkanlah suatu model pembelajaran yang disebut dengan model pembelajaran ARIAS.

Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
 
Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.
 
Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981: 80).
 
Komponen Model Pembelajaran ARIAS
Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
 
Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 70)

Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986: 218).
 
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:
  • Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa
  • Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).
  • Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne (1987: 175-202) merupakan salah satu usaha menanamkan rasa percaya diri pada siswa.
  • Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.
Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140).
 
Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah:
  • Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
  • Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.
  • Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai- nilai yang dimiliki siswa.
Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
 
Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa.  Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah:
  • Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.
  • Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.
  • Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.
  • Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs (1979: 157) dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.
Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31).
 
Evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:
  • Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
  • Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.
  • Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
  • Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.

Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya  

Untuk itu, rasa bangga dan puas perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain :
  • Memberi penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun non-verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya. Ucapan guru : "Bagus, kamu telah mengerjakannya dengan baik sekali!". Menganggukkan kepala sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu pertanyaan, merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa yang telah berhasil melakukan suatu kegiatan. Ucapan yang tulus dan/atau senyuman guru yang simpatik menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan lebih baik lagi, dan memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
  • Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan/keterampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata atau simulasi.
  • Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru.
  • Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami kesulitan/memerlukan bantuan.

Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS
Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunakan sejak guru atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran misalnya. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran sebagai bahan/materi bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai pegangan bagi guru disusun sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam satuan pelajaran itu sudah tergambarkan usaha/kegiatan yang akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa, mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan minat/perhatian siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa dihargai/bangga pada siswa. Guru atau pengembang sudah merancang urutan semua kegiatan yang akan dilakukan, strategi atau metode pembelajaran yang akan digunakan, media pembelajaran apa yang akan dipakai, perlengkapan apa yang dibutuhkan, dan bagaimana cara penilaian akan dilaksanakan. Meskipun demikian pelaksanaan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan situasi, kondisi dan lingkungan siswa. Demikian juga halnya dengan satuan pelajaran sebagai bahan/materi untuk siswa.

Hasil Percobaan di Lapangan
Model pembelajaran ARIAS telah dicobakan pada sejumlah siswa di dua sekolah yang berbeda. Pertama model ini dicobakan kepada sejumlah siswa kelas V dari sebuah sekolah dasar (SD) Negeri di Kota Palembang selama satu caturwulan yaitu catur wulan III tahun ajaran 1995/1996. Sekolah ini diambil sebagai sampel secara acak sederhana dari sejumlah SD negeri setara di Kota Palembang yang memiliki kelas V paralel. Dari keseluruhan siswa SD ini diambil 60 orang siswa kelas V sebagai sampel yang dikelompokkan ke dalam empat kelompok, di mana masing-masing kelompok berjumlah 15 orang siswa. Sampel siswa ini juga diambil secara acak sederhana. Percobaan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Untuk memperoleh data yang diperlukan digunakan instrumen tes hasil belajar dan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANAVA—2 jalur dengan uji F pada taraf signifikansi a = 0,05.
 
Dari hasil kedua percobaan lapangan tersebut dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh guru sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Meskipun percobaan lapangan ini menunjukkan hasil positif namun kedua percobaan ini memiliki beberapa keterbatasan

Daftar pustaka
  • Beard, Ruth M. dan Senior, Isabel J. 1980. Motivating students. London: Routledge and Kegan Paul Ltd.
  • Bloom, Benjamin S.1982. Human characteristics and school learning. New York: McGraw-Hill Book Company.
  • Bohlin, Roy M. 1987. Motivation in instructional design: Comparison of an American and a Soviet model, Journal of Instructional Development vol. 10 (2), 11-14.
  • Callahan, Sterling G. 1966. Successful teaching in secondary schools. Chicago: Scott, Foreman and Company.
  • Davies, Ivor K. 1981. Instructional technique. New York: McGraw Hill Book Company.
  • DeCecco, John P. 1968. The psychology of learning and instructions: Educational psychology. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
  • Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Laporan EBTANAS SD. Palembang: Depdikbud Kodya Palembang.
  • Dick, Walter dan Reiser, Robert A. 1989. Planning effective instruction. Boston: Allyn and Bacon.

HUMANISTIK

Model Pembelajaran Humanistik
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
 
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :
1.    Proses pemerolehan informasi baru,
2.    Personalia informasi ini pada individu.

Implikasi Teori Belajar Humanistik Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes(petunjuk):
  1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
  2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
  3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
  4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
  5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
  6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
  7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
  8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
  9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
  10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
 
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
  1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
  2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
  3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
  4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
  5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
  6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
  7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
  8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

Pembelajaran humanistik berakar pada filsafat humanisme dan psikologi humanistik. Pada tataran praksis, pembelajaran humanistik adalah aktivitas belajar mengajar yang menggunakan prinsip-prinsip psikologi humanistik. Prinsip utama pembelajaran ini terutama berpijak pada asumsi bahwa belajar berasal dari dan oleh si belajar sendiri. Fenomena objektif di luar diri si belajar lebih merupakan tempat dan sarana bagi upaya belajar.


DAFTAR PUSTAKA
1.    Psikologi Belajar: Dr. Mulyati, M.Pd
2.    Psikologi Belajar: Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono
3.    Psikologi Pendidikan: Sugihartono,dkk
4.    Psikologi Pendidikan: Rochman Natawidjaya dan Moein Moesa
5.    Landasan Kependidikan: Prof. Dr. Made Pidarta

JURISPRUDENTIAL INQUIRY

Model Pembelajaran Jurisprudential Inquiry

Metode pembelajaran Inquiri berhubungan erat dengan pendekatan CTL (contextual Teaching and Learning), bahkan menjad inti pendekatan belajar CTL. Pendekatan contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa. Yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai angota keluarga dan masyarakat. Berangkat dari konsepsi ini diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna. Proses pembelajarannya akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan megalami, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Jurisprudential Inquiry
Metode pembelajaran Inquiri berhubungan erat dengan pendekatan CTL (contextual Teaching and Learning), bahkan menjad inti pendekatan belajar CTL. Pendekatan contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa. Yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai angota keluarga dan masyarakat. Berangkat dari konsepsi ini diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna. Proses pembelajarannya akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan megalami, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru kesiswa.

Dalam pembelajaran kontekstual ini didorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana mencapainya. Diharapkan mereka sadar bahwa mereka pelajari itru berguna bagi hidupnya. Dengan demikian mereka akan memosisikan dirinya sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti.

Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa. Jadi pengetahuan atau keterampilan itu akan ditemukan oleh siswa sendiri, bukan apa kata guru. Dalam pembelajaran kontekstual ada motto “student learn best by actively constructing their own understanding” (cara belajar terbaik adalah siswa mengkonstruksikan sendiri secara aktif pemahamannya).  

Untuk penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ada tujuh aspek yaitu sabagai berikut:
1.    Konstruktivisme (constructivism)
2.    Menemukan (inquiry)
3.    Bertanya (quetioning)
4.    Masyarakat belajar (learning community)
5.    Pemodelan (modelling)
6.    Refleksi (reflection)
7.    Penilaian autentik (autentic assessment)

Masnur Muslich (2007: 42) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
  1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan kepada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atu pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting)
  2. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning)
  3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermana kepada siswa (learning by doing)
  4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman (learning in  a group)
  5. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply)
  6. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together)
  7. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi menyenngkan (learning as an enjoy activity).

Inquiry
Inquiry (kegiatan menemukan) menjadi ciri dan komponen CTL. Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperolah sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.


Prinsip-prinsip penerapan model pembelajaran inquiry adalah:
  1. Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri.
  2. Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa.
  3. Siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclussion)
  4. Langkah-langkah kegiatan inquiry:
  • Merumuskan masalah
  • Mengamatiatau melakukan observasi
  • Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan gambar, laporan, bagan,table, dan karya yang lain
  • Mengomunikasikan atau manyajikan hasilnya pada pihak yang lain( pembaca teman sekelas,guru dan audiens yang lain )
Oemar hamalik (2007: 221menjelaskan bahwa proses inkuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Strategi instruksional dapat berhasil bila guru memperhatikan kreteria sebagai berikut:
  1. Mengidentifikasikan secara jelas topic inquiry yang di anggap bermanfaat bagi siswa.
  2. Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek sosial.
  3. Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktu.
  4. Intervensi utnuk meyakinkan terjadinya interaksi antara pribadi secara sedcara sehat dan terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas
  5. Melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok dan hasil yang dicapai.

Metode inkuiri yang diintegrasikan dalam pembelajaran kelompok dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
  1. Membentuk kelompok-kelompok inqyiry masing-masing kelompok di bentuk berdasarkan rentang intelektual dan keterampilan-keterampilan sosial. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.
  2. Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.
  3. Merumuskan semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.
  4. Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya.
  5. Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposis
  6. Menganalisis solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok
  7. Menilai proses kelompok.

Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa. Pada pembelajaan Sains metode inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.

Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).

•    Question
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini - sesuai dengan Taxonomy Bloom - siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.

•    Student Engagement
Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.

•    Cooperative Interaction
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.

•    Performance Evaluation
Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.